Ramadhan terus
"we wof wamadhan ...."
Senandung bocah shalihah dengan british accent-nya, Najwa, yang akhir akhir ini sering ku pantau dalam akun bundanya.
Melihat jiwa jiwa hanif yang masih dan terus dijaga fitrah keimanannya, berkomentar tentang agamanya, sedikit meniup tebalnya debu dosa yang menutupi hati.
Dosa itu bagaikan noktah hitam, yang akan menutupi hati. Sedang fitrah keimanan itu cahaya. Kecepatan cahaya itu seuper cepat. 3x10 pangkat berapa? Maka tahulah kenapa sinar itu bisa tak sampai ke kalbu.
Ada jerebu.... Ataukah sudah membatu?
Tau? Mungkin tau.... Yang logis memang mudah diterima. Tapi sudah sadarkah? Sudah bangun kah?
Mengapa agak sulit mencari titik tengah dalam merenung... Tidak bisa merenung? Bukan! bisa .... Tapi titik nya tidak ditengah.... Terkadang terlalu berat ke dalam diri sendiri.... Ujungnya? Merenung = Melankolis. Kenapa aku begini... Kenapa aku begitu..
Atau mungkin titik berdirinya jauh keluar. Kenapa itu begitu... Kenapa ini begini.... Kenapa mereka begitu.....
Jadi perenungan tidak bermuara pada kesimpulan yang semestinya...
Karena ? Tebalnya mantel hati.
Jadi tak tampak tanda-tanda yang Allah beri.
Maka melihat dan menyimak celotehan para guru kecil menjadi perlu, untuk melihat nikmat-nikmat di pelupuk mata yang tak terlihat karena besarnya angan-angan yang sia sia.
Mencoba coba melihat dengan teropong mereka.
RAMADHAN saja TERUS
Biar nafsu buat hal yang ga guna nya turun.
Biar lebih jaga pandangan
Biar lebih ingat kontrol niat
Biar lebih cepat nyadar untuk positive thinking
Biar lebih ga minat senda gurau sama negeri api
Pas puasa itu, pembuluh darah menyempit, sedangkan setan masuk menggoda melalui aliran darah, membisikkan pada dada manusia, jantungnya-hatinya. Jadi pengaruh ajakannya lebih lemah. Kalau gitu berarti? SERING SERING LAH PUASA!
Ramadhan saja terus.
Memang sesuatu tapi BISA,
#AUT(H)OReminder
Senandung bocah shalihah dengan british accent-nya, Najwa, yang akhir akhir ini sering ku pantau dalam akun bundanya.
Melihat jiwa jiwa hanif yang masih dan terus dijaga fitrah keimanannya, berkomentar tentang agamanya, sedikit meniup tebalnya debu dosa yang menutupi hati.
Dosa itu bagaikan noktah hitam, yang akan menutupi hati. Sedang fitrah keimanan itu cahaya. Kecepatan cahaya itu seuper cepat. 3x10 pangkat berapa? Maka tahulah kenapa sinar itu bisa tak sampai ke kalbu.
Ada jerebu.... Ataukah sudah membatu?
Tau? Mungkin tau.... Yang logis memang mudah diterima. Tapi sudah sadarkah? Sudah bangun kah?
Mengapa agak sulit mencari titik tengah dalam merenung... Tidak bisa merenung? Bukan! bisa .... Tapi titik nya tidak ditengah.... Terkadang terlalu berat ke dalam diri sendiri.... Ujungnya? Merenung = Melankolis. Kenapa aku begini... Kenapa aku begitu..
Atau mungkin titik berdirinya jauh keluar. Kenapa itu begitu... Kenapa ini begini.... Kenapa mereka begitu.....
Jadi perenungan tidak bermuara pada kesimpulan yang semestinya...
Karena ? Tebalnya mantel hati.
Jadi tak tampak tanda-tanda yang Allah beri.
Maka melihat dan menyimak celotehan para guru kecil menjadi perlu, untuk melihat nikmat-nikmat di pelupuk mata yang tak terlihat karena besarnya angan-angan yang sia sia.
Mencoba coba melihat dengan teropong mereka.
RAMADHAN saja TERUS
Biar nafsu buat hal yang ga guna nya turun.
Biar lebih jaga pandangan
Biar lebih ingat kontrol niat
Biar lebih cepat nyadar untuk positive thinking
Biar lebih ga minat senda gurau sama negeri api
Pas puasa itu, pembuluh darah menyempit, sedangkan setan masuk menggoda melalui aliran darah, membisikkan pada dada manusia, jantungnya-hatinya. Jadi pengaruh ajakannya lebih lemah. Kalau gitu berarti? SERING SERING LAH PUASA!
Ramadhan saja terus.
Memang sesuatu tapi BISA,
#AUT(H)OReminder
Comments
Post a Comment